Dolalak merupakan kesenian khas kabupaten Purworejo. Tarian ini muncul karena pengaruh Belanda yang diprakarsai oleh tiga orang pemuda dari Sejiwan, Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo, yaitu, Rejotaruno, Duliyat, dan Ronodimejo yang didukung oleh masyarakat sekitarnya. Penamaan Dolalak berasal dari not “Do” dan “La”, karena tarian ini diiringi dengan musik dua nada tersebut. Musik yang mengiringi kesenian Dolalak merupakan musik yang sederhana yang merupakan lantuanan syair-syair dan pantun-pantun Jawa. Adapun alat musik yang digunakan untuk mengiringi tari dolalak antara lain yaitu, Jidhur, terbang, kendang, dan nyanyian atau syair dari vokal, serta seiring dengan perkembangan zaman banyak pula yang menambahkan alat keyboard atau organ tunggal di dalam pentas. Teknik memainkan instrument tersebut adalah dengan cara sederhana, hanya mengiringi secara ritmis sesuai dengan gerakan yang dibawakan oleh penarinya. Musik utama dalam kesenian Dolalak adalah syair dan jidur dimana keduanya sangat mengikat erat dengan gerak tari yang ditarikan. Sajian Dolalak menampilkan beberapa jenis tarian yang tiap jenis dibedakan dengan perbedaan syair lagu yang dinyanyikan dengan jumlah 20 sampai 60 lagu dan tiap pergantian lagu berhenti sesaat sehingga ada jeda tiap ragam geraknya.
Pada awalnya Dolalak dimainkan oleh laki-laki dengan mengenakan seragam warna hitam dan bercelana pendek. Seragam ini tentu saja meniru seragam tentara Belanda pada zaman dulu. Adapun rangkaian busana tersebut antara lain kemeja lengan panjang hitam dipadu dengan celana pendek berwarna hitam, dilengkapi atribut mirip tentara Belanda, topipet, sampur, kaos kaki panjang dan kacamata. Seiring perkembangan jaman munculah penari putri dan modifikasi seragam yang berhias emas dan atau warna lain.
Kesenian tradisional tak lekang oleh waktu, meski seni budaya modern terus bermunculan setidaknya masih bisa dibuktikan dengan masih eksisnya kesenian ndolalak yang ada dipinggiran Kabupaten Purworejo, seperti grup Kesenian Ndolalak Putri dengan nama Anggrung Kinasih pimpinan bapak Suparji yang sudah turun temurun beberapa puluh tahun silam. Sehingga tidak heran kesenian dari Desa Semono Kecamatan Bagelen ini, masih menjadi idola masyarakat. (*)
warga
25 Januari 2025 11:07:36
kito broyo stunting lungo...