Masyarakat Indonesia, sejak zaman nenek moyang telah lama mengenal lumpang yang merupakan alat yang digunakan untuk menumbuk hasil pertanian ataupun tempat untuk meramu obat-obatan herbal. Jauh sebelum alat penggilingan modern ditemukan. lumpang dengan alu/antannya diyakini menjadi salah satu alat yang memiliki banyak manfaat sejak dahulu kala.
Jika ditarik jauh ke belakang, kebudayaan itu tidak hanya sampai pada zaman kerajaan saja. Melainkan telah dikenal sejak manusia belum mengenal kebudayaan baca-tulis. Manusia di zaman megalitikum telah menggunakan alat tersebut untuk kebutuhan sehari-harinya.
Hal itu dibenarkan oleh Staf Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo, Sudrajat Dewandana, saat monitoring lokasi penemuan batu lumpang di Dusun Sijo, Kamis (12/09/2024) didampingi beberapa Perangkat Desa Semono.
“Di cekungan ini yang biasanya digunakan untuk menumbuk hasil pertanian,” ujar salah satu dari Tim Monitoring, sembari membersihkan batu lumpang yang ada di sana.
Salah satu ciri lumpang purba adalah penggunaan batuan andesit. Bentuknya pun biasanya masih dibiarkan natural. Batuannya belum begitu dimodifikasi menjadi bentuk tertentu. Bentuk lumpang purba masih utuh berbentuk batu aslinya. Hanya cukup dibuat cekungan pada bagian atasnya. Cekungan memiliki diameter yang berbeda-beda. Namun rata-rata sebesar telapak tangan orang dewasa. Sedangkan kedalamannya sekitar sepanjang jari tangan.
Temuan ini menunjukkan bahwa era manusia purba saat itu sudah relatif maju. Pasalnya, keberadaan lumpang sangat erat dengan kemajuan kebudayaan bercocok tanam, artinya, di sekitar lokasi tersebut diperkirakan merupakan kawasan permukiman masyarakat prasejarah yang awalnya tahunya hanya berburu dan biasanya dilakukan secara berpindah-pindah, ini sudah ada kebudayaan bercocok tanam. (*)
warga
25 Januari 2025 11:07:36
kito broyo stunting lungo...